Jumat, 06 September 2013

DAMPAK VOLONTE GENERALE

DAMPAK KONSEP VOLONTE GENERALE DI INDONESIA
(Program Dan Proyek Yang Tidak Tepat Guna)

FIGO ACM

*****Terinspirasi dari penjelasan Dr. Otto Gusti tentang bahaya totalitarisme sebagai akibat dari konsep Volonte Generale Rousseau.


Habermas pernah menawarkan demokrasi yang radikal. Bukan lagi persoalan suara mayoritas tetapi lebih pada ketahanan suara dalam uji publik. Sebuah argumen, tindakan dan kekuasaan disebut demokratis jika mampu diuji dalam ruang publik secara rasional dan dapat diterima umum. Pemikiran Habermas ini sedikit mempunyai kesamaan dengan “volonte generale” Rousseau. Filsuf Perancis itu pernah mengemukakan dua hal yang bisa muncul dalam suatu sistem kepemerintahan yaitu kehendak umum  (volonte generale) dan kehendak semua. Volonte generale atau kehendak umum adalah konsep penting yang ditawarkan Rousseau pada waktu itu. Dikatakan penting karena diyakini mampu menjawabi semua kebutuhan manusia melalui sebuah aturan atau konsep yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Karena dianggap rasional maka konsep semacam ini diterima dan bisa diterapkan kepada semua orang. Volonte generale mengandaikan kerelaan masyarakat untuk menyerahkan kebebasannya kepada negara untuk diatur demi kebutuhan bersama. Di sini konsep volonte generale cenderung menciptakan suatu sistem yang totaliter karena segala keputusan ada pada kekuasaan negara.
Volonte generale bukanlah sebuah konsensus dari semua masyarakat untuk semua melainkan dipikir oleh segelintir elite tertentu yang kadang juga untuk kelompok tertentu. Dalam kehendak bebas mereka  merumuskan konsep-konsep itu secara rasional. Namun perlu diingat bahwa rasionalitas dalam volonte generale cenderung bersifat parsial. Kehendak bebas mereka tidak mampu merangkul semua kebutuhan masyarakat sehingga konsep yang terumuskan belum tentu menjawabi berbagai persoalan sosial yang dihadapi. Akibatnya banyak aturan semu yang tercipta karena rasionalitas fana dalam volonte generale ini.
Dewasa ini konsep volonte generale masih dianggap penting untuk menjawabi permasalahan di Indonesia. Penting bagi kaum yang berkehendak untuk mempertebal isi dompet. Banyak tender proyek yang diterbitkan tetapi tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas. Malah dalam sekian banyak proyek yang diprogramkan terkandung maksud-maksud kotor. Berapa rupiahkah uang yang menyelinap masuk ke kantung Angelina sondakh atau Nazarudin atau Malarangeng seandainya kasus pada proyek Hambalan tidak terbongkar. Meski demikian masih ada sekian petinggi negara yang diluputkan oleh sistem dan konsep yang sudah dibentuk itu. Masalah lain yang ditimbulkan sebagai akibat dari volonte generale adalah kenaikan harga BBM. Alih-alih menyelamatkan negara dari krisis malah negara menciptakan krisis baru khusus bagi mereka yang miskin dan tak berdaya.
Jika kehendak umum kelihatan cacat, apakah mungkin negara wajib mengubah pola pendekatan dari KEHENDAK UMUM menjadi KEHENDAK SEMUA, agar tidak ada yang melarat di kolong jembatan saja sementara yang lain bertamasya di atas UANG.


Ruang kelas 4 September 2013 (LEDALERO)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar