JERITAN DI KAMP KONSENTRASI
AUSCHWITZ-BIRKENAU
(Menelisik Eksperimen Kejam Dokter
Josef Mengele Terhadap Para Saudara
Kembar)
Oleh FIGO ACM
Abstract: Obligation of physicians is to
provide appropriate medical services according to the professional standards
and standard operating procedures as well as the medical needs of the patient.
The doctors have to work according to standards and codes of conduct that are
generally accepted. One task of the doctor is to help cure patients suffering
from a particular type of disease. Here the task is to humanize patient's
physician. But in reality many doctors often incorrectly use their expertise.
There are doctors who make man as an experimental tool. This is certainly
contrary to medical bioethics. The brutality of the Nazi doctors who were
placed in concentration camps where they make the Jewish prisoners and
prisoners of war as a means to experiment is one example of the moral and
bioethical violations of human rights. How bioethics and human rights
response to such practices?
Kata-kata kunci: Dokter Nazi, eksperimen, prinsip,
bioetika
DOKTER NAZI
Setelah perang dunia ke II berakhir,
Amerika Serikat dan sekutunya membentuk sebuah pengadilan perang Nuemberg untuk
mengadili penjahat-penjahat perang Nazi serta mereka semua yang
bertanggungjawab atas pembantaian berjuta-juta umat manusia. Pada kesempatan
ini juga pengadilan Nuremberg mengadili beberapa dokter yang turut mengambil
bagian dalam peristiwa Holocausts tersebut. Para dokter ini tidak berperan
dalam perangdan pembantaian secara langsung di lapangan tetapi secara diam-diam
melakukan praktek medis dalam kamp-kamp tahanan secara sewenang-wenang.
Maksudnya para dokter ini menjadikan para tahanan sebagai kelinci percobaan
untuk kepentingan medis Nazi dan dalam usaha untuk membuat percobaan terhadap
obat-obat tertentu yang bisa digunakan oleh para tentara Nazi. Dokter-dokter
Nazi ini ingin mengumpulkan data ilmiah yang bisa dipakai untuk menentukan
kemurnian ras Aryan dan untuk mengobati
penyakit tentara Jerman dalam tugas-tugasnya di luar Negeri. Yang menjadi inti
praktek para dokter ini adalah kepentingan Nazi (Bertens, 2001: 99).
Selama proses pengadilan di nuremberg
ada dokter yang berdalih bahwa alasan dibuatnya praktek dengan menjadikan
manusia lain sebagai kelinci percobaan semata-mata demi kepentingan medis
seluruh umat manusia. Misalnya dokter Nazi yang bernama Gerhard Rose berujar
“hanya ratusan orang yang menjadi korban tetapi jutaan orang bisa diselamatkan”
( Bertens, 2001:101). Meski demikian pengadilan Nuremberg tetap berpegang pada
kemanusiaan. Apapun alasannya praktek yang dibuat oleh para dokter Nazi adalah
sebuah kejahatan terhadap manusia. Korban yang dijadikan alat dan
manusia-manusia lain pada kodratnya sama argumen Rose sangat tidak manusiawi.
Tindakan keji seperti yang dilakukan paa dokter ini adalah pelanggaran berat
terhadap martabat manusia. Manusia pada dasarnya sama oleh karenanya pantas
untuk memiliki hak-hak yang sama. Salah satunya adalah hak untuk hidup
(Hardiman, 2011: 43).
Salah satu contoh kasus yang melawan bioetika dalam praktek para dokter
Nazi ini adalah sebuah penelitian untuk membuktikan keunggulan ras Aryan yang
diprakarsai oleh Dokter Josef Mengele dengan menjadikan saudara kembar sebagai kelinci percobaan
(Bertens, 2001: 100). Ratusan tahanan tewas dalam eksperimen Mangele ini. Yang
tersisa juga terbelenggu dalam bayang-bayang pengalaman horor traumatis itu
sehingga di tangan para dokter inilah manusia-manusia kehilangan kemanusiaanya.
Pertanyaan untuk kita, apakah tugas
utama seorang dokter ketika berhadapan dengan pasien. Atau apa yang sehausnya
dikerjakan dokter seturut dengan profesinya itu. Mendukung keutuhan hidup
manusia serta membela kehidupannya ataukah mengorbankan orang lain untik
kepentingan tertentu?
PRAKTEK KEJAM DR. MANGELE MELAWAN
BIOETIKA
Dalam Kamp konsentrasi
Auschwits-Birkenau, Dr. Josef Mengele memimpin proyek penelitian besar tentang
saudara kembar. Seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa tujuan penelitian
Mengele adalah untuk membuktikan kemurnian Ras Aryan. Bukan suatu masalah jika
Mengele mempergunakan keahliannya dalam bidang Genetika untuk suatu proyek ini.
Tetapi akan menjadi sangat bermasalah ketika harus ada manusia lain yang
dikorbankan. Setiap profesi memerlukan standar etis. Tak dapat dielakkan jika
setiap profesi adalah realitas sosial dan berkembang untuk melayani masyarakat
(Yuantoro, 2005: 46). Begitu pila dengan profesi sebagai dokter. Ada standar
etis yang harus dipegang dokter dalam kegiatan-kegiatan medisnya.
Berbagai macam eksperimen mengerikan
dilakukan Mengele bersama timnya tehadap saudara-saudara kembar. Sering para
saudara kembar ini diambil darahnya untuk diteliti secara mendalam. Namanya
penelitian berarti berangkat dari sekian banyak kegagalan. Begitu pula dengan
proyek Mengele. Semakin banyak kegagalan yang dihasilkan semakin banyak pula
tahanan yang dikorbankan. Mengele membutuhkan banyak sampel darah dalam
penelitiannya. Sehingga tak jarang darah para tahanan kembar disedot sampai
sekian liter dari dalam tubuh-tubuh mereka. Cerita ini selalu berakhir dengan
penderitaan hebat serta kematian. Anggota-anggota tubuh diangkat, diukur,
dicatat dan dieksperimen dengan sinar X. Pada kesempatan tertentu seorang
saudara kembar ditularkan dengan penyakit tertentu dan jika ia meninggal akibat
penyakit itu, saudara kembarnya yang masih sehat dibunuh untuk membandingkan
organ-organ sakit saudaranya. Selama prakteknya ini, Mengele ttidak pernah
menggunakan obat bius atau obat sejenis yang bisa mengurangi rasa sakit
(Bertens, 2001: 100). Eksperimennya adalah eksperimen penuh kekerasan. Suatu
bentuk penyiksaan kejam hingga menimbulkan sekian banyak kematian.
Demikianlah praktek kejam yang dibuat
Dr. Mengele dalam usaha pembuktian keunggulan ras Aryan dengan cara yang
sungguh tidak manusiawi. Suatu praktek yang di zaman ini disebut praktek
melawan bioetika.
MENGELE DAN PRINSIP
EKSPERIMEN BIOMEDIS
Sebelumnya sudah disebutkan bahwa
sah-sah saja jika Mengele melaksanakan prakteknya tesebut. Toh mengele adalah
seorang ahli Genetika. Keahliannya dalam bidang genetika membuat dia diberi
tugas unntuk meneliti kemurnian ras Aryan. Ilmu yang diperolehnya dapat ia
terapkan dalam praksis nyata. Tapi sejarah menceritakan bahwa Mengele cacat
dalam mempraktekan keahliannya. Ia adalah seorang dokter ahli sekaligus dokter
kejam dan sadis. Sebagai seorang dokter Mengele tentunya pernah diharapkan
untuk membela kehidupan umat manusia. Kemampuan-kemampuan medis yang dimilkinya
sebenarnya berperan dalam meningkatkan kehidupan. Sayang keahlian Mengele
menuntut korban. Satu persatu para tahanan kembar digiring untuk dimasukan
dalam Lab selanjutnya dipotong sesuai kebutuhan penelitian. Di sini Mengele
melawan prinsip dalam bioetika medis.
Kemajuan ilmu pengetahuan memang
sering menuntut korban, tentu ada benarnya. Tetapi hal ini tidak mengandung
arti bahwa sesama manusia boleh digunakan sebagai binatang percobaan (Bertens,
2001: 101). Mengele memperlakukan korbannya malah lebih jelek ketimbang
binatang percobaan. Mengele tidak peduli sedikit pun dengan penderitaan para
korban. Beliau tidak peduli sedikit pun dengan aturan main dalam dunia medis.
Berbagai peraturan dan prinsip yang semestinya dipegang teguh oleh seorang
dokter malah diabaikan begitu saja. Sebut saja prinsip dasar dalam eksperimen,
“manusia hanya boleh diikutsertakan dalam eksperimentasi biomedis jika dengan
bebas dan tanpa paksaan apa pu ia memberikan persetujuan itu. Tentu prinsip ini
jelas sekali dilanggar oleh Mengele dalam proyek penelitiannya. Para saudara
kembar tidak pernah diberi pilihan untuk ikut serta dalam proyek ini, malah
mereka dipaksa secara fisik dengan berbagai bentuk ancaman. Prinsip lainnya
berbunyi “eksperimen tak dapat dilakukan jika bisa menimbulkan penderitaan dan
kematian”. Sementara sebagian besar eksperimen Mengele berakhir dengan kematian. Malah tahanan lain yang hanya menyaksikan
peristiwa ini turut menderita secara psikis. Praktek yang dijalankan Mengele
jelas-jelas melawan bioetika.
PENUTUP
Inti pekerjaan para dokter adalah
menolong manusia yang menderita. Hal pertama yang diharapkan dari para dokter
adalah menghilangkan penderitaan. Dan berbuat baik adalahciri khas
seorangdokter. Dengan demikian dokter pada dasarnya mesti pro
terhadapkehidupan. Keahlian yang dimiliki harus bertujuan positif. Dokter harus
positif dalam berpikir juga dalam bertindak.
Praktek kejam Dr. Mengele dalam kamp
Auschwits tidak menunjukan profesionalisme. Mengele mengkhianati profesinya. Ia
dokter tapi kemudian dikenal sebagai penjahat terhadap kemanusiaan. Eksperimen
terhadap para saudara kembar jelas-jelas melawan bioetika sehingga tidak dapat
dibenarkan. Apapun alasannya Pengadilan Nuremberg tetap menghukum Mengele
dengan alasan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Sejarah masa lalu dalam kamp-kamp
tahanan di mana para dokter bertindak sewenang-wenang terhadap para tahanan
mesti menjadi bahan refleksi bagi para dokter yang hidup dan berkarya di masa
kini. Apaka para dokter masa kini sungguh-sungguh profesional dalam menjalankan
tugasnya dan apakah mereka mampu untuk menaati setiap peraturan medis yang
berlaku universal. Serta sudahkah mereka berjuang menciptakan keutuhan hidup
manusia dengan meringankan atau menghilangkan beban penderitaan para pasien.
SEKIAN
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K. Prespektif
Etika: Esai-Esai Tentang Masalah Aktual. Yogyakarta: Kanisius, 2001.
Hardiman, F. B. Hak-Hak
Asasi Manusia: Polemik Dengan Agama
Dan Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius, 2011.
Yuantoro, F. A. Eutanasia.
Jakarta: Obor, 2005.
Wikipedia Bahasa Indonesia (Internet)