Rabu, 21 Agustus 2013

FIGO "ETIKA SITUASI FLETCHER"



ETIKA SITUASI JOSEPH FLETCHER DAN PENERAPANNYA

          OLEH: FIGO ACM

                  LEDALERO

Etika situasi: hukum moral tidak dapt diterapkan dalam situasi konkret. Individu memiliki kebebasan untuk memutuskannya, karena individu harus menunjukan keautentikannya (dalam ekistensialisme manusia itu unuk dalam dirinya sendiri sehingga ia tak dapat disamakn atau diseragamkan dengan orang lain) , keasliannya. Dengan demikian keputusan moral adalah otonomi individu karenanya tidak ada hukum moral yang tetap dan kaku. Etika situasi melarang adanya ketaatan buta pada hukum, doktrin atau peraturan moral tertentu. Sehingga dengan tegas etika moral melawan etika peraturan. Suatu keputusan yang otonomi harus disesuakin dengan situasi agr menghasilkan sebuah aksi yang positif bukannya suatu hukum moral yang kaku dicari lalu ditempatkan dalam suatu situasi sehingga denga angkuhnya mengatakan perbuatan ini benar dan yang lain salah. Berbohong untk menyelamatkan nyawa seorang manusia bisa dilihatsebagai suatu tindakan melanggar nilai moral karena berbohong itu dilarang (etika peraturan yang kadang tampak dalam institusi-institusi keagamaan yang menghilangkan unsur rasionalitas dala moralitas). Di sini etika situasi muncul sebagai reaksi terhadap keangkuhan etika peraturan. Joseph Fletcher, sang penggagas utama etika situasi menyebutkan bahwa etika situasi adalah etika yang hadir di antara legalisme dan antinomisme. Legalisme tidak jauh berbeda dengan etika peraturan di mana legalisme menggambarkan kekauan nilai moral. Sementara antinomisme adalah etika situasi radikal yang menyangkal adanya nilai moral. Di sini etika situasi berdiri di antara dua paham ini. Etika situasi tidak menolak nilai moral dan tidak terima begitu saja suatu pemahaman moral. Etika situasi selalu kembali kepada situasi dan menjadikan nilai-nilai moral sebagai penerang bagi pengambilan keputusan positif atau tidaknya sebuah aksi. Dalam etika situasi motralitas menemukan kembali aspek rasionalitasnya.
Menrut Joseph Fletcher, suatu keputusan moral dapat dipertanggungjawabkan melalui ketiga unsur berikut ini, suatu tindakan harus dilihat dalam kaca mata cinta kasih, kemudian dilaksanakan secara bijaksana dan harus terjadi pada waktu yang tepat. Misalnya seorang bapa mengejar anaknya untuk dipenggal kepalanya. Si anak berlari dan bersembunyi di rumahmu. Anda pada situasi seperti ini wajib berbohong apabila berhadapan dengan si ayah tersebut, karena pilihan untuk jujur akan membahayakan keselamtan si anak. Kasus seperti ini harus di lihat dalam kacamata cinta kasih. Menipu atau berbohong karena alasan cinta kasih. Lalu dilakukan secara bijaksana dan harus pada waktu yang tepat.

Bagaimana etika situasi diterapkan dalam persoalan aborsi khususnya dalam dilema pilihan untuk mengakhiri hidup salah satu dari dua pilihan “atau ibu atau bayi”. Seorang ibu harus menggugurkan bayinya demi keselamatan dirinya. Jika tidak menggugurkan kandungan maka si ibu akan meninggal dunia.
Ini situasi khusus. Bagaimana prinsip cinta kasih sebagai dasar segala nilai moral dalam etika situasi dapat dijelaskan? Sementara pembiaran begitu saja terhadap ibu dan bayi akan menyebabkna kedua-duanya meninggal dunia. Bagaimana seorang individu penganut etika situasi melihat persoalan ini dan memutuskan sebuah pilihan terbaik?
Jika pilihan yang diambil adalah dengan membunuh si bayi demi keselamatan si ibu maka dalam asus ini seorang individu telah melanggar etika situasi karena sudah terjadi pelanggaran akan prinsip dasar etika situasi yaitu cinta kasih.
Namun apabila ada pembiaran begitu saja terhadap keadaan si ibu dan bayinya maka dalam kasus seperti ini etika situasi tidak dapat diterapkan, sehingga dengan sendirinya ettika situasi tak dapat diterima dalam kasus khusus karena ketidakmampuannya untuk memberi pertanggungjawaban rasional. Ternyata etika situasi tidak sekuat seperti yang dibicarakan dalam teori.

Etika situasi juga bisa diterapkan dalam kepemerintahan. Contoh berikut bagaimana etika situasi harus berperan dalam situasi tertentu dalam kepemerintahan.
Seorang anggota legislatif akhirnya menjadi tersangka kasu korupsi karena dianggap mencuri uang rakyat. Inilah kasus selengkapnya, Karena anjurannya dalam suatu sidang dewan untuk mencairkan sekian juta dana bagi korban bencana gunung meletus ditolak oleh suara mayoritas maka seorang anggota legislatif dengan tahu dan mau menggunakan cara ilegal untuk mengambil uang negara demi keperluan penanggulangan korban bencana gunung meletus di salah satu kabupaten di Indonesia.
Bagaimana anda sebagai seorang insan rasional menanggapi kejadian sperti ini? Apakah etika situasi dengan prinsip cinta kasih dapat membela kasus yang dianggap sebagai korup ini? Mungkinkah etika situasi yang pada dasarnya tidak melihat benar atau salahnya suatu tindakan (etika situasi menolak baik atau buruknya sesuatu secara inse, sehinggga berbohong tidak berarti baik atau buruk dalam dirinya tetapi tergantung situasi mana orang berbohong) sesuatu tetapi sesuai atau tidaknya suatu situasi untuk suatu aksi dapat dijalankan dapat diterima dan dijadikan argumen pembelaanbagi si terdakwa?

Cinta kasih dianggap sebagai satu-satunya nilai moral yang memiliki kebaikan inse dalam dirinya sendiri. Dan segala nilai moral yang lain dalam etika situasi dianggap sebagai representasi dari cintakasih atau hanya sebagai hipotesis dari cintakasih. Misalnya berbohong dapat dibenarkan jika mengungkapakan perbuatan cinta kasih.
Karena alasan ini maka etika situasi kadang membuat seorang individu mengabaikan hal-hal lain yang tidak kalah pentingnya. Misalnya saya memiliki hutang sekian juta pada seorang tetangga. Saat tiba waktunya gajian saya sebenarnya harus membayar hutang tersebut sesuai dengan perjanjian-perjanjian yang sudah dibuat. Namun ketika tiba pada hari yang sudah disepakati untuk menyerahkan hutang tersebut tiba-tiba terjadi banjir besar yang kemudian merendam sekian rumah dari tetangga-tetangga saya. Pada saat-saat seperti ini tentu mereka membutuhkan sekian rupiah untuk  memenuhi kebutuhan hidupnya.
Saya sebagai tetangga memiliki keprihatinan ini. Sehingga dengan alasan cinta kasih saya menyerahkan semua uang yang seharusnya saya berikan kepada dia yang telah meminjamkan uang itu kepada saya. Kesepakatan akhirnya dilanggar akibat prinsip cinta kasih  ini. Mana yang harus menjadi pilihan utama? Menyerahkan uang kepada dia yang telah meminjamkan uang kepada saya atau mendonasikan uang  bagi korban bencan banjir?
Etika situasi mengharuskan saya untuk memilih pilihan kedua karena alsan cinta kasih dan dengan sendirinya saya mengabaikan pilihan pertama dan melanggar prinsip keadilan. Saya tidak adil dengan dia yang meminjamkan uangnya bagi saya, namun bukankah keadilan adalah cinta kasih yang dibagi kepada orang lain.
Kadang etika situasi membuat kita mengabaikan hal-hal penting lainnya. Sehingga bagi saya etika situasi tidak tahan uji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar