HERMENEUTIKA; AKTUALISASI TEKS
DI SEGALA ZAMAN
OLEH: FIGO ACM
STFK LEDALERO
”Metode
hermeneutika menjadi luar biasa jika sang penulis mampu menampilkan hal yang
tersembunyi, yang tak pernah diduga atau dipikirkan tetapi sebenarnya terkandung
dalam kedalaman sebuah fenomena. Hermeneutik adalah menghidupkan yang mati,
membangkitkan yang tertidur. Bertolaklah ke tempat yang dalam, selamilah dan
bawah dia ke permukaan (Figo Acm)”.
FUNGSI HERMENEUTIK
Hermeneutika selalu berhubungan
dengan cara manusia berpikir tentang sesuatu dan menuangkannya dalam tulisan. Kareana
berhubungan dengan cara maka hermeneutika lebih dikenal sebagai metode. Metode yang
dipakai manusia untuk berpikir dan menjelaskannya dalam tulisan. Tulisan hermeneutis
berbeda dengan tulisan-tulisan biasa yang hanya menempatkan sesuatu apa adanya.
Menulis dengan metode hermeneutik akan menghasilkakn sebuah tulisan yang hidup,
bergairah dan menggetarkan. Metode hermeneutik yang menggetarkan itu kini
tampak dalam gaya bicara dan kedalaman
berpikir dosen filsafat manusia STFK Ledalero, Dr. Leo Kleden. Beliau dengan
kharisma hermeneutisnya sering membuat orang hanyut dalam rangkaian kalimat
yang keluar dari mulutnya. Ia melukiskan sesuatu hal dengan mengakmodasi segala
hal (KS, Sastra, Mitos dll) sehingga menjadi sangat bermakna dan mendalam. Kembali
ke metode hermeneutik, mulanya hermeneutik selalu disandingkan dengan
penafsiran kitab suci. Tetapi di kemudian hari tepatnya tahun 1871 Edward
Burnett Taylor merumuskan merumuskan gaya hermeneutik dalam karya Primitive
Culture. Ia menulis “ tidak ada legenda, tidak ada alegori, tidak ada rima yang
tidak membutuhkan hermeneutik untuk mengerti mitologi-mitologi”. Hingga kini
metode hermeneutik digunakan manusia dalam menafsir segala jenis teks dengan
latar waktu dan situasinya masing-masing.
HERMENEUTIKA DAN POSMO
Metode hermeneutik hampir sejalan
dengan gaya menulis a la posmo. Coba perhatikan tulisan-tulisan menarik yang
dihasilkan oleh dosen Posmo STFK Ledalero, Dr. Paul Budi Kleden. Beliau selalu
menghadirkan gaya menulis yang membuat orang lain merasa tertarik untuk
memahami seluruh isi tulisan. Selain kaya akan makna dan mendulang makna yang
mendalam, keindahan dan gaya penulisannya sering kali di luar dugaan. Dia sering
menghubungkan gagasan utama tulisannya dengan berbagai hal atau cerita, mitos,
legenda, puisi, drama, film, lagu dan hal-hal non ilmiah lainnya. Baginya sesuatu
yang ilmiah ternyata membutuhkan hal-hal yang tidak rasional tetapi turut
mendukung keilmiahan sebuah tulisan. Oleh karenanya banyak orang yang merasa
puas ketika membaca tulisannya. Bukan hanya sekedar mengerti maksud di balik
tulisan tetapi juga keindahan tulisan yang disuguhkan bagi para pembaca. Banyak
hal tak terduga yang ia tampilkan dalam sekian tulisan yang telah
dipublikasikannya, semisal contoh tulisan-tulisan yang dimuat pada harian Pos
Kupang. Metode penulisan hermeneutik selalu berusaha untuk menghadirkan hal-hal
yang tak terduga dari sekian kemungkinan yang tersembunyi pada sebuah fenomena,
peristiwa atau gagasan. Sungguh menarik jika seorang penulis mampu menghasilkan
sebuah tulisan dengan metode hermeneutik bergaya posmo. Dr. Leo Kleden dan Dr.
Budi Kleden sudah menunjukannya kepada
kita semua.
HERMENEUTIKA; MENGHIDUPKAN YANG MATI
Hermeneutika sebenarnya mau
menegaskan bahwa sebuah teks tidak harus selalu ditafsir apa adanya seturut apa
yang ditampakkan teks itu. Tulisan yang baik adalah tulisan yang kaya akan
makna. Di sini hermeneutika sebenarnya mau membongkar teks-teks yang terlalu
menutup diri dari kemungkinan-kemungkinan penafsiran. Hermeneutik melawan
hegemoni kekuasaan dan kepentingan di balik hadirnya sebuah teks. Mari kita
kembali membuka ingatan akan hegemoni kekuasaan masa orde baru. Demokrasi orde
baru memberi kebebasan kepada semua orang untuk berbicara dan menulis. Tetapi kebebasan
itu terpasung dalam ancaman “jangan asal bunyi”. Ada beberapa sastrawan yang
yang diringkus atau hilang tak membekas karena tuduhan asal “tafsir”. Jadi selama
masa orde baru gaya hermeneutik belum terlalu tampak kendati ada beberapa
sastrawan yang tetap berani menerapkannya seperti Goenawan Muhammad. Di era ini
semua orang memiliki kebebasan untuk berbicara dan menulis; bebas berpikir dan
menafsir. Kemerdekaan dan kebebasan dasar manusia sebagai hak asasi sebenarnya
turut membantu manusia dalam membebaskan teks-teks yang kaku, miskin dan mati.
KONTEKSTUALISASI TEKS
Hermeneutik juga harus berhubungan
dengan kontekstualitas kendati bersifat bebas tafsir, bebas represif. Ada
sekian banyak teks misalnya teks KS atau teks sastra yang ditulis ribuan atau
ratusan tahun yang lalu. Ada beberapa teks dari sekian teks yang melukiskan
situasi kehidupan masa itu. Sehingga jika ditilik sepintas maka banyak maksud
yang tertera sudah out of date, sudah tidak sesuai dengan situasi zaman kita. Di
sini fungsi sentral hermeneutik semestinya bekerja. Tugas hermeneutik adalah
mengkontekstualkan sebuah teks atau tulisan. Segala aspek yang berbicara
tentang masalah hidup mesti diakomodasi dalam satu kesatuan teks yang ditafsir.
Tugas kita adalah membuat teks menjadi aktual di segala Zaman.
FIGO ACM, Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar