Selasa, 29 Oktober 2013

FIGO: HERMENEUTIKA; AKTUALISASI TEKS DI SEGALA ZAMAN



HERMENEUTIKA; AKTUALISASI TEKS DI SEGALA ZAMAN

OLEH: FIGO ACM

STFK LEDALERO

”Metode hermeneutika menjadi luar biasa jika sang penulis mampu menampilkan hal yang tersembunyi, yang tak pernah diduga atau dipikirkan tetapi sebenarnya terkandung dalam kedalaman sebuah fenomena. Hermeneutik adalah menghidupkan yang mati, membangkitkan yang tertidur. Bertolaklah ke tempat yang dalam, selamilah dan bawah dia ke permukaan (Figo Acm)”.

FUNGSI HERMENEUTIK
Hermeneutika selalu berhubungan dengan cara manusia berpikir tentang sesuatu dan menuangkannya dalam tulisan. Kareana berhubungan dengan cara maka hermeneutika lebih dikenal sebagai metode. Metode yang dipakai manusia untuk berpikir dan menjelaskannya dalam tulisan. Tulisan hermeneutis berbeda dengan tulisan-tulisan biasa yang hanya menempatkan sesuatu apa adanya. Menulis dengan metode hermeneutik akan menghasilkakn sebuah tulisan yang hidup, bergairah dan menggetarkan. Metode hermeneutik yang menggetarkan itu kini tampak dalam gaya bicara dan kedalaman  berpikir dosen filsafat manusia STFK Ledalero, Dr. Leo Kleden. Beliau dengan kharisma hermeneutisnya sering membuat orang hanyut dalam rangkaian kalimat yang keluar dari mulutnya. Ia melukiskan sesuatu hal dengan mengakmodasi segala hal (KS, Sastra, Mitos dll) sehingga menjadi sangat bermakna dan mendalam. Kembali ke metode hermeneutik, mulanya hermeneutik selalu disandingkan dengan penafsiran kitab suci. Tetapi di kemudian hari tepatnya tahun 1871 Edward Burnett Taylor merumuskan merumuskan gaya hermeneutik dalam karya Primitive Culture. Ia menulis “ tidak ada legenda, tidak ada alegori, tidak ada rima yang tidak membutuhkan hermeneutik untuk mengerti mitologi-mitologi”. Hingga kini metode hermeneutik digunakan manusia dalam menafsir segala jenis teks dengan latar waktu dan situasinya masing-masing.

HERMENEUTIKA DAN POSMO
Metode hermeneutik hampir sejalan dengan gaya menulis a la posmo. Coba perhatikan tulisan-tulisan menarik yang dihasilkan oleh dosen Posmo STFK Ledalero, Dr. Paul Budi Kleden. Beliau selalu menghadirkan gaya menulis yang membuat orang lain merasa tertarik untuk memahami seluruh isi tulisan. Selain kaya akan makna dan mendulang makna yang mendalam, keindahan dan gaya penulisannya sering kali di luar dugaan. Dia sering menghubungkan gagasan utama tulisannya dengan berbagai hal atau cerita, mitos, legenda, puisi, drama, film, lagu dan hal-hal non ilmiah lainnya. Baginya sesuatu yang ilmiah ternyata membutuhkan hal-hal yang tidak rasional tetapi turut mendukung keilmiahan sebuah tulisan. Oleh karenanya banyak orang yang merasa puas ketika membaca tulisannya. Bukan hanya sekedar mengerti maksud di balik tulisan tetapi juga keindahan tulisan yang disuguhkan bagi para pembaca. Banyak hal tak terduga yang ia tampilkan dalam sekian tulisan yang telah dipublikasikannya, semisal contoh tulisan-tulisan yang dimuat pada harian Pos Kupang. Metode penulisan hermeneutik selalu berusaha untuk menghadirkan hal-hal yang tak terduga dari sekian kemungkinan yang tersembunyi pada sebuah fenomena, peristiwa atau gagasan. Sungguh menarik jika seorang penulis mampu menghasilkan sebuah tulisan dengan metode hermeneutik bergaya posmo. Dr. Leo Kleden dan Dr. Budi Kleden sudah menunjukannya kepada  kita semua.

HERMENEUTIKA; MENGHIDUPKAN YANG MATI
Hermeneutika sebenarnya mau menegaskan bahwa sebuah teks tidak harus selalu ditafsir apa adanya seturut apa yang ditampakkan teks itu. Tulisan yang baik adalah tulisan yang kaya akan makna. Di sini hermeneutika sebenarnya mau membongkar teks-teks yang terlalu menutup diri dari kemungkinan-kemungkinan penafsiran. Hermeneutik melawan hegemoni kekuasaan dan kepentingan di balik hadirnya sebuah teks. Mari kita kembali membuka ingatan akan hegemoni kekuasaan masa orde baru. Demokrasi orde baru memberi kebebasan kepada semua orang untuk berbicara dan menulis. Tetapi kebebasan itu terpasung dalam ancaman “jangan asal bunyi”. Ada beberapa sastrawan yang yang diringkus atau hilang tak membekas karena tuduhan asal “tafsir”. Jadi selama masa orde baru gaya hermeneutik belum terlalu tampak kendati ada beberapa sastrawan yang tetap berani menerapkannya seperti Goenawan Muhammad. Di era ini semua orang memiliki kebebasan untuk berbicara dan menulis; bebas berpikir dan menafsir. Kemerdekaan dan kebebasan dasar manusia sebagai hak asasi sebenarnya turut membantu manusia dalam membebaskan teks-teks yang kaku, miskin dan mati.

KONTEKSTUALISASI TEKS
Hermeneutik juga harus berhubungan dengan kontekstualitas kendati bersifat bebas tafsir, bebas represif. Ada sekian banyak teks misalnya teks KS atau teks sastra yang ditulis ribuan atau ratusan tahun yang lalu. Ada beberapa teks dari sekian teks yang melukiskan situasi kehidupan masa itu. Sehingga jika ditilik sepintas maka banyak maksud yang tertera sudah out of date, sudah tidak sesuai dengan situasi zaman kita. Di sini fungsi sentral hermeneutik semestinya bekerja. Tugas hermeneutik adalah mengkontekstualkan sebuah teks atau tulisan. Segala aspek yang berbicara tentang masalah hidup mesti diakomodasi dalam satu kesatuan teks yang ditafsir. Tugas kita adalah membuat teks menjadi aktual di segala Zaman.

FIGO ACM, Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar