TUBUH DAN DIA YANG TERSALIB
FIGO ACM
LEDALERO 2014
Seks
tidak selalu berarti berhubungan badan.
Seks ada berkat kebertubuhan manusia. Jadi sudah ada sejak manusia
dilahirkan, hidup dan menanti di ambang kematian. Karena substansi seks yang demikian
maka seks adalah penting untuk semua orang. Sehingga tidaklah mengherankan jika
Paus Yohanes Paulus II berbicara banyak tentang seks.
Seks
menjadi milik semua manusia. Seks dalam hubungannya dengan persetubuhan tidak
harus dimengerti sebagai upaya pemuasan salah satu dari dua pasangan melainkan
suatu klimaks yang ,mesti dirasaklan secara bersama-sama. Untuk itu setiap
pasangan mesti mengerti keadaan fisik
dan biologis setiap pasangan. Misalnya kenyataa bahwa gairah seksual pada
perampuan umumnya meningkat secara perlahan dan menurun juga secara perlahan.
Utnuk itu seorang pria harus tau akan keadaan ini agar sama-sama merasakan
klimaksnya. Di sini seks tidak lagi dipandang sebagai kenikmaan hedonistik
tetapi lebih pada hal altruistik. Ingat bahwa cinta adalah antitesis dari
egisme. Dalam seks ego pribadi harus ditanggalkan agar cinta antara dua orang
yang berhubungan benar-benar dirasakan.
Kadang
seks salah dimengerti dan diartikan. Oleh karenanya tanpa disadari manusia sedang menegasi kebertubuhan manusia menjadi
non manusia. Seperti yang diucapkan Deshi Ramadhani “seks zaman ini menjadikan
manusia tidak lagi manusia”. Ego dan kepentingan-kepentingan tertentulah
(bisnis) membuat seks kehilangan makna sebenarnya. Seks kemudian dijadikan alat
yang terpisah dari tubuh manusia meski pada dasarnya dia menyatu dengan manusai
berkat kebertubuhannya.
Tubuh
sesungguhnya dan hanya tubuh mampu membuat terrlihat apa yang tidak trelihat
yaitu Allah. Ini menjadi alasan munculnya Teologi Tubuh. Tubuh membicarakan
banyak hal tentang Allah.Tubuh mungkin menjai pemicu berbagai masalah di dunia
ini. Bayak peristiwa yang berawal dari adanya tubuh. Kasus-kasus pemerkosaan,
KDRT, rasisme dan lain-lain selalu tearah ke tubuh. Hal ini terjadi karena
orang memandang tubuh dengan cara yang salah. Orang melihat tubuh sebagai alat
sehingga banyak yang menilai berbeda dalam cara pandangnya masing-masing. Ada
yang melihat sebagai objek bisnis di mana jika tidak laku terjual maka
disingkirkan, atau ketika sudah dianggap tidak optimal dan berkualitas maka
dilecehkan atau ketika dinilai tidak sesuai standar maka didiskriminasi.
Diri
bukanlah yang diangan-angan belaka. Kita mengerti kedirian kita berkat
kebertubuhan kita. Dalam tubuh telanjang anda mengerti diri anda dan dalam diri
anda, anda menyadari ketelanjangan tubuh anda. Ketaksadaran akan kedua hal ini
juga menimbulkan banyak persoalan. Semisal contoh orang rela merusak tubuh,
menambah dan mengurangi tubuh, melukai, melubangi, memotong dan lain-lain agar
orang lain menilai dan melihat seperti yang diharapkan. Kepuasan batiniah yang
diperoleh dengan cara seperti ini akhirnya menghapus keberadaan tubuh sebagai
teologi, sebagai logos, logos tentang Allah yang hadir, tentang keagungaNya.
Tanpa disadari manusia menghina keagungan Allah dengan cara-cara seperti ini.
Tubuh
sungguh fenomenal. Tubuh telanjang seharusnya mengundang orang untuk melihat dan memperhatikan . Seharusnya
ada sesuatu pada tubuh (maksudnya bukan bagian tertentu pada tubuh, tetapi
sesuatu untuk keseluruhan tubuh dalam pengeritian teologis) yang mengundang
orang untuk melihat lebih dekat, manarik orang untuk memikirkannya. Dan sesuatu
itu adalah tubuh yang selalu menyimpan pengorbanan dn pemberian diri yang
total. Inkarnasi muncul dalam pembrian tubuh telanjang yang total.
Yohanes
Paulus II mengundang kita untuk
merenungkan misteri inkarnasi ini agar
dapat memahami tubuh manusia secara benar. Allah yang menjelma menjadi manusia,
sabda Allah yang menyata dalam tubuh menjadi dasar permenungan itu. Sabda Allah
yang menjadi daging menghantar tubuh untuk masuk dalam aspek teologis. Tubuh
mengambil bagian dalam penjelmaan sabda menjadi manusia.
Ternyata
betapa pentingnya tubuh manusia. Melalui tubuh darah-darah menggenangi
pelataran Yerusalem, melalui tubuh Dia mengerang kesakitan di atas sebuah
bukit, melalui tubuh mahkota duri
bersemayam, melalui tubuh, tubuh-tubuh lain memperoleh ketenangan. Melalui
tubuh manusia diselamatkan. Lalu apa makna tubuh ku, tubuh kita. Di zaman ini
tubuh manusia hanya mendatangkan persoalan, rasis, KDRT, bisnis,Trafficking
dll, yang kemudian akan dipahami sebagai “habis pakai”. Pandanglah tubuh
telanjang yang terkulaiai dipangkuan Ibundanya di ujung senja sana dan engkau
akan memahami Allah yang menjelma berkat Kebertubuhan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar