Kamis, 17 April 2014

TUBUH DAN DIA YANG TERSALIB



TUBUH DAN DIA YANG TERSALIB

 FIGO ACM
LEDALERO 2014

Seks tidak selalu berarti berhubungan badan.  Seks ada berkat kebertubuhan manusia. Jadi sudah ada sejak manusia dilahirkan, hidup dan menanti di ambang kematian. Karena substansi seks yang demikian maka seks adalah penting untuk semua orang. Sehingga tidaklah mengherankan jika Paus Yohanes Paulus II berbicara banyak tentang seks.
Seks menjadi milik semua manusia. Seks dalam hubungannya dengan persetubuhan tidak harus dimengerti sebagai upaya pemuasan salah satu dari dua pasangan melainkan suatu klimaks yang ,mesti dirasaklan secara bersama-sama. Untuk itu setiap pasangan  mesti mengerti keadaan fisik dan biologis setiap pasangan. Misalnya kenyataa bahwa gairah seksual pada perampuan umumnya meningkat secara perlahan dan menurun juga secara perlahan. Utnuk itu seorang pria harus tau akan keadaan ini agar sama-sama merasakan klimaksnya. Di sini seks tidak lagi dipandang sebagai kenikmaan hedonistik tetapi lebih pada hal altruistik. Ingat bahwa cinta adalah antitesis dari egisme. Dalam seks ego pribadi harus ditanggalkan agar cinta antara dua orang yang berhubungan benar-benar dirasakan.
Kadang seks salah dimengerti dan diartikan. Oleh karenanya tanpa disadari manusia  sedang menegasi kebertubuhan manusia menjadi non manusia. Seperti yang diucapkan Deshi Ramadhani “seks zaman ini menjadikan manusia tidak lagi manusia”. Ego dan kepentingan-kepentingan tertentulah (bisnis) membuat seks kehilangan makna sebenarnya. Seks kemudian dijadikan alat yang terpisah dari tubuh manusia meski pada dasarnya dia menyatu dengan manusai berkat kebertubuhannya.
Tubuh sesungguhnya dan hanya tubuh mampu membuat terrlihat apa yang tidak trelihat yaitu Allah. Ini menjadi alasan munculnya Teologi Tubuh. Tubuh membicarakan banyak hal tentang Allah.Tubuh mungkin menjai pemicu berbagai masalah di dunia ini. Bayak peristiwa yang berawal dari adanya tubuh. Kasus-kasus pemerkosaan, KDRT, rasisme dan lain-lain selalu tearah ke tubuh. Hal ini terjadi karena orang memandang tubuh dengan cara yang salah. Orang melihat tubuh sebagai alat sehingga banyak yang menilai berbeda dalam cara pandangnya masing-masing. Ada yang melihat sebagai objek bisnis di mana jika tidak laku terjual maka disingkirkan, atau ketika sudah dianggap tidak optimal dan berkualitas maka dilecehkan atau ketika dinilai tidak sesuai standar maka didiskriminasi.
Diri bukanlah yang diangan-angan belaka. Kita mengerti kedirian kita berkat kebertubuhan kita. Dalam tubuh telanjang anda mengerti diri anda dan dalam diri anda, anda menyadari ketelanjangan tubuh anda. Ketaksadaran akan kedua hal ini juga menimbulkan banyak persoalan. Semisal contoh orang rela merusak tubuh, menambah dan mengurangi tubuh, melukai, melubangi, memotong dan lain-lain agar orang lain menilai dan melihat seperti yang diharapkan. Kepuasan batiniah yang diperoleh dengan cara seperti ini akhirnya menghapus keberadaan tubuh sebagai teologi, sebagai logos, logos tentang Allah yang hadir, tentang keagungaNya. Tanpa disadari manusia menghina keagungan Allah dengan cara-cara seperti ini.
Tubuh sungguh fenomenal. Tubuh telanjang seharusnya mengundang orang untuk melihat dan memperhatikan . Seharusnya ada sesuatu pada tubuh (maksudnya bukan bagian tertentu pada tubuh, tetapi sesuatu untuk keseluruhan tubuh dalam pengeritian teologis) yang mengundang orang untuk melihat lebih dekat, manarik orang untuk memikirkannya. Dan sesuatu itu adalah tubuh yang selalu menyimpan pengorbanan dn pemberian diri yang total. Inkarnasi muncul dalam pembrian tubuh telanjang yang total.
Yohanes Paulus II mengundang kita  untuk merenungkan misteri inkarnasi  ini agar dapat memahami tubuh manusia secara benar. Allah yang menjelma menjadi manusia, sabda Allah yang menyata dalam tubuh menjadi dasar permenungan itu. Sabda Allah yang menjadi daging menghantar tubuh untuk masuk dalam aspek teologis. Tubuh mengambil bagian dalam penjelmaan sabda menjadi manusia.
Ternyata betapa pentingnya tubuh manusia. Melalui tubuh darah-darah menggenangi pelataran Yerusalem, melalui tubuh Dia mengerang kesakitan di atas sebuah bukit, melalui tubuh  mahkota duri bersemayam, melalui tubuh, tubuh-tubuh lain memperoleh ketenangan. Melalui tubuh manusia diselamatkan. Lalu apa makna tubuh ku, tubuh kita. Di zaman ini tubuh manusia hanya mendatangkan persoalan, rasis, KDRT, bisnis,Trafficking dll, yang kemudian akan dipahami sebagai “habis pakai”. Pandanglah tubuh telanjang yang terkulaiai dipangkuan Ibundanya di ujung senja sana dan engkau akan memahami Allah yang menjelma berkat Kebertubuhan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar