EKONOMI
KERUMAHTANGGAN; ANTITESIS UNTUK EKONOMI PASAR BEBAS
(Tawaran Di Balik Krisis Kemanusiaan Akibat Sistem Ekonomi Liberal)
FIGO ACM
STFK LEDALERO
Beberapa dekade
terakhir ini dunia dilanda oleh krisis ekonomi global. Baik di Eropa, Asia,
Afrika, Amerika dan Australia semuanya terjangkit virus ekonomi yang mematikan.
Akar dari permasalahan krisis ini adalah sistem ekonomi yang cacat. Pada
mulanya orang berpikir bahwa sistem ekonomi pasar bebas akan menghantar manusia
pada kemapanan. Namun dalam kenyataannya tidak semua orang mencapai kemapanan
itu. Ekonomi pasar bebas melahirkan kaum kapitalis yang serta merta menggusur
kelompok yang tak berdaya. Ada tiga hal penting yang hemat saya menjadi inti
dari krisis di abad ini. Ketiga hal itu adalah pragmatisme, individualism dan
over profit. Ketiganya terbalut dalam tubuh ekonomi liberal.
Pragmatisme
merupakan kepercayaan yang mengajarkan bahwa nilai suatu ajaran bergantung pada
penerapannya bagi kepentingan manusia (KBBI, 2008: 1097). Lebih lanjut pragmatisme
adalah paham yang menyebutkan bahwa nilai dari sebuah pengetahuan ditentukan
oleh kegunaan praktisnya bukan pengakuan kebenaran objektif dengan kriterium
praktik tetapi apa yang memenuhi kepentingan-kepentingan subjektif individu (Lorens
Bagus, 2005: 877). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat kita katakan bahwa
dalam bidang ekonomi pragmatisme
berhubungan dengan usaha pencapaian profit dengan menghalalkan segala cara.
Proses melayani tujuan, sekalipun ada unsur negatif di dalam proses. Semisal contoh,
pertambambangan mangan di Manggarai dan penderitaan warga di sekitarnya adalah
akibat dari sikap pragmatis para pengusaha dan penguasa. Demi memperoleh hasil
yang besar mereka tidak mempedulikan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja
menimpa warga di sekitarnya sebagai akibat dari kegiatan pertambangan tersebut.
Hingga saat ini warga sekitar lokasi pertambangan mengalami berbagai kerugian
sementara para pengusaha telah pergi membawa sekian banyak kekayaan.
Sebenarnya
dalam pragmatisme ekonomi ada sekian banyak hal yang disisihkan. Hal paling
urgen yang dibiarkan begitu saja adalah kemanusiaan. Jadi sebenarnya krisis
ekonomi yang dikeluhkan dunia adalah krisis kemanusiaan sebagai akibat dari
ketidakadilan dalam ekonomi. Hemat saya krisis kemanusiaan ini bermula dari
penerapan individualisme yang super radikal. Kita tahu bahwa dalam ekonomi
pasar bebas peran individu sangat ditekankan. Setiap orang bebas berjuang untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya tampa mempedulikan orang lain.
Kebebasan tampa batas tersebut menelurkan sikap individualistis. Dan pada
akhirnya kaum kapitalis menjadi pemegang tunggal perekonomian sembari menindas
yang miskin. Keuntungan sebagai tujuan terakhir dalam ekonomi menjadi cita-cita
para pemegang modal untuk terus bersaing. Setiap kemungkinan yang mengancam
perolehan profit mesti segera diatasi, dan apa saja boleh dilanggar termasuk
kemanusiaan. Bisnis prostitusi, Tenaga Kerja dan bentuk perdagangan manusia
lainnya yang cepat mendatangkan uang adalah contoh-contoh dari pelanggaran
terhadap kemanusiaan dalam dunia ekonomi.
Individualisme
dan cita-cita keuntungan dalam dunia ekonomi menggusur nilai kemanusiaan seperti cinta kasih,
keadilan, persaudaraan, kesetiakawanan dll. Fenomena ini mencemaskan masyarakat
dunia, di antaranya termasuk beberapa pakar ekonomi dan pengusaha. Sehingga di
Inggris para pakar ekonomi dan pengusaha mencari cara terbaik dalam dunia
ekonomi, mereka mendambakan suatu sistem yang baru “bukan sistem ekonomi pasar
bebas” untuk mengatasi krisis yang sedang melanda dunia khususnya Negara
mereka. Pada suatu kesempatan mereka-mereka mengadakan suatu seminar ekonomi
untuk membicarakan sistem yang tepat dalam dunia ekonomi. Mereka mengundang Dr.
Rowan Williams, Uskup Agung Canterbury dalam seminar tersebut. Rowan Williams
pada akhirnya menyumbangkan suatu ide berlian yang dianggap sebagai solusi
terbaik dalam merevitalisasi sistem ekonomi. Dia menilai bahwa ekonomi pasar
bebas mesti segera ditinggalkan dan menerapkan suatu sistem baru yang dia namakan
sebagai ekonomi kerumahtanggaan (Sindhunata, 2012: 2, BASIS). Mengapa mesti rumah tangga? Williams kemudian mengulas
sekian unsur yang melekat dengan kerumahtanggaan. Menurutnya rumah tangga
adalah suatu tempat di mana hidup berjalan dan dijalani secara biasa, hidup
yang stabil yang mendorong pertumbuhan, perkembangan dan tindakan anggota rumah
tangga. Rumah tangga yang berjalan dengan baik akan menjadi BENTENG BAGI YANG
LEMAH (anak-anak yang masih rawan dilindungi dan orang tua yang mulai uzur
dirawat). Keluarga menjadi tempat di mana kreatifitas dapat digali dan
kesantaian ditemukan dalam KEBERSAMAAN.
Jika sIstem
ekonomi pasar bebas mengedepankan peran individu dan usaha-usaha praktis maka
ekonomi kerumahtanggaan menekankan perlindungan bagi yang lemah dan
kebersamaan. Sesungguhnya ekonomi kerumahtanggaan prokemanusiaan, sebab
perlindungan bagi yang lemah dan kebersamaan adalah antitesis dari pragmatisme
dan individualisme dalam pasar bebas. Krisis kemanusiaan global dalam dunia
ekonomi bisa diatasi bila akar permasalahannya ditemukan. Karena yang
dikeluhkan adalah kemanusiaan maka solusi yang ditawarkan adalah system ekonomi
kerumahtanggaan,sebab di dalamnya usaha ekonomi berdampingan dengan
kemanusiaan.
Memang sulit
untuk merealisasikan tawaran Dr. Williams di atas sebab manusia terlanjur
dihipnotis oleh kebebasan dan individualisme yang membawa kenikmatan. Tetapi
kita tidak harus pesimis sebab kenikmatan itu bersifat parsial, kenikmatan yang hanya melayani kaum kapitalis
dan penguasa semata. Uang dan kekuasaan memang sulit dikalahkan tetapi demi
kemanusiaan kita mesti berjuang.
Ledalero, 8 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar