Minggu, 09 Maret 2014

EKONOMI KERUMAHTANGGAN; ANTITESIS UNTUK EKONOMI PASAR BEBAS

EKONOMI KERUMAHTANGGAN; ANTITESIS UNTUK EKONOMI PASAR BEBAS
(Tawaran Di Balik Krisis Kemanusiaan Akibat Sistem Ekonomi Liberal)

FIGO ACM

STFK LEDALERO



Beberapa dekade terakhir ini dunia dilanda oleh krisis ekonomi global. Baik di Eropa, Asia, Afrika, Amerika dan Australia semuanya terjangkit virus ekonomi yang mematikan. Akar dari permasalahan krisis ini adalah sistem ekonomi yang cacat. Pada mulanya orang berpikir bahwa sistem ekonomi pasar bebas akan menghantar manusia pada kemapanan. Namun dalam kenyataannya tidak semua orang mencapai kemapanan itu. Ekonomi pasar bebas melahirkan kaum kapitalis yang serta merta menggusur kelompok yang tak berdaya. Ada tiga hal penting yang hemat saya menjadi inti dari krisis di abad ini. Ketiga hal itu adalah pragmatisme, individualism dan over profit. Ketiganya terbalut dalam tubuh ekonomi liberal.
Pragmatisme merupakan kepercayaan yang mengajarkan bahwa nilai suatu ajaran bergantung pada penerapannya bagi kepentingan manusia (KBBI, 2008: 1097). Lebih lanjut pragmatisme adalah paham yang menyebutkan bahwa nilai dari sebuah pengetahuan ditentukan oleh kegunaan praktisnya bukan pengakuan kebenaran objektif dengan kriterium praktik tetapi apa yang memenuhi kepentingan-kepentingan subjektif individu (Lorens Bagus, 2005: 877). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat kita katakan bahwa dalam bidang ekonomi  pragmatisme berhubungan dengan usaha pencapaian profit dengan menghalalkan segala cara. Proses melayani tujuan, sekalipun ada unsur negatif di dalam proses. Semisal contoh, pertambambangan mangan di Manggarai dan penderitaan warga di sekitarnya adalah akibat dari sikap pragmatis para pengusaha dan penguasa. Demi memperoleh hasil yang besar mereka tidak mempedulikan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja menimpa warga di sekitarnya sebagai akibat dari kegiatan pertambangan tersebut. Hingga saat ini warga sekitar lokasi pertambangan mengalami berbagai kerugian sementara para pengusaha telah pergi membawa sekian banyak kekayaan.
Sebenarnya dalam pragmatisme ekonomi ada sekian banyak hal yang disisihkan. Hal paling urgen yang dibiarkan begitu saja adalah kemanusiaan. Jadi sebenarnya krisis ekonomi yang dikeluhkan dunia adalah krisis kemanusiaan sebagai akibat dari ketidakadilan dalam ekonomi. Hemat saya krisis kemanusiaan ini bermula dari penerapan individualisme yang super radikal. Kita tahu bahwa dalam ekonomi pasar bebas peran individu sangat ditekankan. Setiap orang bebas berjuang untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya tampa mempedulikan orang lain. Kebebasan tampa batas tersebut menelurkan sikap individualistis. Dan pada akhirnya kaum kapitalis menjadi pemegang tunggal perekonomian sembari menindas yang miskin. Keuntungan sebagai tujuan terakhir dalam ekonomi menjadi cita-cita para pemegang modal untuk terus bersaing. Setiap kemungkinan yang mengancam perolehan profit mesti segera diatasi, dan apa saja boleh dilanggar termasuk kemanusiaan. Bisnis prostitusi, Tenaga Kerja dan bentuk perdagangan manusia lainnya yang cepat mendatangkan uang adalah contoh-contoh dari pelanggaran terhadap kemanusiaan dalam dunia ekonomi.
Individualisme dan cita-cita keuntungan dalam dunia ekonomi menggusur  nilai kemanusiaan seperti cinta kasih, keadilan, persaudaraan, kesetiakawanan dll. Fenomena ini mencemaskan masyarakat dunia, di antaranya termasuk beberapa pakar ekonomi dan pengusaha. Sehingga di Inggris para pakar ekonomi dan pengusaha mencari cara terbaik dalam dunia ekonomi, mereka mendambakan suatu sistem yang baru “bukan sistem ekonomi pasar bebas” untuk mengatasi krisis yang sedang melanda dunia khususnya Negara mereka. Pada suatu kesempatan mereka-mereka mengadakan suatu seminar ekonomi untuk membicarakan sistem yang tepat dalam dunia ekonomi. Mereka mengundang Dr. Rowan Williams, Uskup Agung Canterbury dalam seminar tersebut. Rowan Williams pada akhirnya menyumbangkan suatu ide berlian yang dianggap sebagai solusi terbaik dalam merevitalisasi sistem ekonomi. Dia menilai bahwa ekonomi pasar bebas mesti segera ditinggalkan dan menerapkan suatu sistem baru yang dia namakan sebagai ekonomi kerumahtanggaan (Sindhunata, 2012: 2, BASIS). Mengapa mesti rumah tangga? Williams kemudian mengulas sekian unsur yang melekat dengan kerumahtanggaan. Menurutnya rumah tangga adalah suatu tempat di mana hidup berjalan dan dijalani secara biasa, hidup yang stabil yang mendorong pertumbuhan, perkembangan dan tindakan anggota rumah tangga. Rumah tangga yang berjalan dengan baik akan menjadi BENTENG BAGI YANG LEMAH (anak-anak yang masih rawan dilindungi dan orang tua yang mulai uzur dirawat). Keluarga menjadi tempat di mana kreatifitas dapat digali dan kesantaian ditemukan dalam KEBERSAMAAN.
Jika sIstem ekonomi pasar bebas mengedepankan peran individu dan usaha-usaha praktis maka ekonomi kerumahtanggaan menekankan perlindungan bagi yang lemah dan kebersamaan. Sesungguhnya ekonomi kerumahtanggaan prokemanusiaan, sebab perlindungan bagi yang lemah dan kebersamaan adalah antitesis dari pragmatisme dan individualisme dalam pasar bebas. Krisis kemanusiaan global dalam dunia ekonomi bisa diatasi bila akar permasalahannya ditemukan. Karena yang dikeluhkan adalah kemanusiaan maka solusi yang ditawarkan adalah system ekonomi kerumahtanggaan,sebab di dalamnya usaha ekonomi berdampingan dengan kemanusiaan.
Memang sulit untuk merealisasikan tawaran Dr. Williams di atas sebab manusia terlanjur dihipnotis oleh kebebasan dan individualisme yang membawa kenikmatan. Tetapi kita tidak harus pesimis sebab kenikmatan itu bersifat parsial,  kenikmatan yang hanya melayani kaum kapitalis dan penguasa semata. Uang dan kekuasaan memang sulit dikalahkan tetapi demi kemanusiaan kita mesti berjuang.



Ledalero, 8 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar